keaksaraan
Istilah keaksaraan fungsional telah lama dikenal yakni sejak pertengahan tahun 1960 an, dan merupakan konsep yang sangat berpengaruh dalam membangun pendidikan melalui program keaksaraan. Pesona ide tersebut sangat kuat dan tersebar luas. Banyak pihak sangat perduli terhadap ide tersebut antara lain : pendidik orang dewasa.,para ahli pembangunan ekonomi,pekerja pembangunan desa,lembaga-lembaga penyebar innovasi,para perencana dan pelaksana padea lembaga-lembaga internasional tampaknya semuanya sangat perduli dengan keaaksaraan fungsional.: ide dibalik itu sepertinya adalah bahwa keaaksaraan dapat mempunyai fungsi atau peran membangkitkan pembangunan sosial ekonomi suatu masyarakat. Sementara itu para pekerja keaksaraan fungsional terutama yang bekerja di proyek-proyek yang disponsori Unesco melakukan eksperimentasi ,dan telah menjual konsep tersebut beserta temuan-temuannya.
Munculnya konsep keaksaraan fungsional sangat menegsankan,tetapi tidak berjalan mulus untuk gerakan keaksaraan di negara sedang berkembang .Konsep keaksaraan fungsional ini memakan waktu panjang untuk bangkit dari frustrasi dan kegagalan para pekerja keaksaraan yang seringkali menghadapi para sasaran didik orang dewasa yang memimpikan sesuatu kehidupan yang indah, yang terang benderang tetapi tidak terwujud dan mereka tidak ingin menjadi bagian dari mimpi indah tersebut. Mereka tidak lagi secara sukarela untuk belajar membaca dan menulis.mereka tidak lagi mikir apakah keaksaraan itu hak asasi manusia atau bukan. Bagi mereka yang sudah pernah belajar membaca dan menulis, mereka juga tidak tahu mau melakukan apa dengan kecakapan barunya tersebut, atau setelah memperoleh skill lenguistik. mau apa. Konsep baru yang disebut keaksaraan fungsional menjanjikan akan memecahkan masalah masalah klasik dan masalah yang sulit yaitu motivasi peserta didik dan secara bersamaan menghubungkan keaksaraan dengan ekonomi,sosial dan aspirasi politik di negara sedang berkembang. Tetapi kegagalan yang pernah dialami oleh para pekerja keaksaraan betul betul mendiskreditkan mereka ,merugikan orang yang betul-betul ingin belajar keaksaraan, dan mengabaikannya sebagai hak asasi manusia sampai suatu saat perbaikan betul betul dilaksanakan.
Untuk menjadikan keaksaraan fungsional terlaksana dengan baik ,konsep tersebut harus dipahami, diterjemahkan dalam tindakan.Implikasi konsep kedalam berbagai aspek program dan implementasi harus dilakukan secara logis dan terefleksikan dalm pelaksanaan.
Latar belakang.
Pengembangan suatu konsep tentu ada rasionalnya sebagai antesiden atau adanya pemikiran pemikiran yang mendahuluinya.Pemahaman terhadap suatu teori dan kejadian-kejadian seringkali menjadi lebih baik apabila didahului oleh studi kita tentang antesiden yang merupakan dimensi historis dan latar belakang dari konsep keaksaraan fungsional. Beberapa antesiden atau latar belakang tersebut antara lain: (1) idologis, (2) kultural, (3) ekonomi, (4) lenguistik, (5)moivasi.
Idiologis
Ada anggapan yang barangkali boleh disebut keyakinan bahwa kecakapan baca tulis merupakan bekal kelak setelah mati menghadap Tuhan guna memperoleh kehidupan yang lebih baik di akhirat. Juga ada pemikiran bahwa membaca dan menulis akan memperoleh keuntungan secara politik karena akan memperoleh dukungan politik dari orang-orang tersebut karena pemahaman mereka sebagai konstituen menjadi lebih terbuka dengan bertambahnya media tulis. Di samping itu dengan membaca para petani,buruh dan orang-orang lapisan bawah memahami kepentingannya sehingga dapat terhindar dari tindakan eksploitasi kelas penguasa…Dalam hidup , kita mengenal kebajikan bagi sesama yakni hak asasi manusia, dimana setiap kita mempunyai hak untuk maju, untuk pandai dan hidup layak.
Kultural
Teori dan hasil penelitian antrolpologi budaya sudah tersedia khususnya tentang kebudayaan dan kepribadian yang mendukung keaksaraan fungsional..Kepribadian kita dibentuk oleh kebudayaan kita melalui unsur-unsurnya seperti bahasa,adat istiadat,tradisi dan teknologi., berbagai kebiasaan dibentuk oleh budaya kita,berbagai pola tingkah laku juga dihasilkan oleh budaya kita Nilai-nilai kehidupan juga berubah mengikuti perkembangan jaman dan melalui pendidikan dimana media tulis memegang peranan penting.Keaksaraan telah dipandang sebagai pembuka kunci potensi manusia,kultur,sosial dan ekonomi.
Diantara dua manusia beberapa hal memang bisa sama ,orang yang bisa baca tulis akan lebih dapat mengatasi kebutuhan informasi dan dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam lingkungannya,sosial,politik, ekonomi dibandingkan dengan orang yang buta aksara. Memang orang buta aksara juga bisa menggunakan simbul-simbul tetapi yang bisa baca tulis memiliki dua macam simbul dalam dua tingkatan yaitu lisan dan tulisan.
Ekonomi
Teori ekonomi mendukung keaksaraan fungsional dengan penelitian yang dilakukaqn oleh Phillips (1964) dengan dasar rancangan expost facto, analisis system ekonomi yang menunjukkan adanya pertumbuhan produktifitas sebagai dampak pendidikan..Studi ini menunjukkan bahwa bagian terbesar dari pertumbuhan dibidang produksi di Negara berkembang stengah abad terkhir ini tidak dapat diperhitungkan melalui masukan capital fisik,jam kerja dan sumber daya alam, Sebagian bersar harus dianggap berasal dari kemajuan teknis dan kualitas sumber daya manusia yang keduanya ini merupakan peranan pendidikan. Adapun dampak program keaksaraan terhadap produktivitas potensi manusia,tergambar dalam penelitian kuasi eksperimental yang dihasilkan oleh Stanislav Strumlin (1965) yang menunjukkan bahwa seorang pekerja yang berpendidikan setahun di sekolah dasar memiliki pertumbuhan produktifitas sebesar 30 % sedangkan pekerja buta aksara yang dimagangkan di industri selama satu tahun hanya memikliki pertambahan produktivitas sebesar 12 %..Sedangkan peningkatan kualifikasi yang dihasilkan dari sekolah selama satu tahun rata-rata mempunyai 2.6 kali lebih besar daripada yang satu tahun magang di perusahaan..Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa program keaksaraan fungsional memberikan sumbangan besar terhadap pembangunan ekonomi.
Linguistik
Ide pokok daripada keaksaraan fungsional adalah mengajarkan ketrampilan ekonomi dan baca tulis secara bersamaan dari awal yang merupakan bagian pokok daripada keaksaraan fungsional.Memang konsep ini agak kurang efektif apabila kita tidak memahami dengan baik metodologi membaca yang diperoleh dari linguistic seperti antara lain metode global dalam membaca. Pertamakali tentu harus dipahami apa yang menjadi mata pencaharian warga didik. Dari situ diidentifikasi kata dan kalimat yang sering kita dengar dalam pembicaraan sekitar mata pencaharian tersebut. Kata dan kalimat tersebut setelah dikumpulkan dicari mana kata dan kalimat yang menjadi motivasi atau mengandung motivasi kuat, atau menjadi kekhawatiran dan kecemasan dalam mencari nafkah. Kemudian kita coba merangkai kata dan kalimat menjadi suatu cerita seerhana. Cerita tersebut diperiksa apakah ada kata yang sulit untuk duucapkan atau dikenali karena terlalu kompleks.Pilihan kata yang tepat dan ejaan yang mudah akan mempermudah warga belajar membacanya. Disamping itu cerita tadi disusun dengan memperhatikan adanya kandungan masalah sehingga belajar membaca berlanjut dengan diskusi. Dari diskusi kita coba mencari pemecahan bersama tentang kesulitan atau kebutuhan belajar yang terkait dengan perbaikan mencari nafkah atau ekonomi mereka..Jika memerlukan belajar ketrampilan tentu harus diteruskan dengan pelatihan,jika perlu tindak lanjut mencontoh model pencarian nafkaf di tempat lain tentu diteruskan dengan karya wisata yang hasilnya bermanfaat untuk memperbaiki tingkat hidup mereka baik secara perorangan maupun kolektif.
Motivasi
Sebenarnya ada sesuatu yang tersembunyi didalam keaaksaraan fungsional yaitu teori psikologis motivasi. Orang dewasa menginginkan incentive berupa ganjaran atau pujian dalam tingkah laku belajarnya. Membaca tidak berdiri sendiri melainkan harus memberikan kepuasan sebagai suatu tindakan dan sekali lagi apa yang mereka baca harus betul betul menarik dan bermakna serta bermanfaat bagi kehidupan mereka. Mengenai manfaat memang semua bermanfaat tetapi ada yang manfaatnya masih lama tertunda karena bersifat laten tetapi ada yang bermanfaat dalam waktu dekat dan mendesak dalam kehidupan mereka. Orang dewasa umumnya telah berhadapan langsung dangan masalah dan kebutuhan sehari hari yang berbeda tentunya dengan anak yang kebutuhannya masih ada di masa depan. Di sini berlaku teori kerugian komparatif( Comparative deprivation) atau loncatan pemenuhan kebutuhan yakni bahwa orang akan berusaha memenuhi kebutuhannya sebagai mahluk manusia sebelum memenuhi kebutuhan yang lain.seperti kebutuhan fisik harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum yang lain. Meskipun demikian hal tersebut akan berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, kelompok satu engan yang lain.Di Negara sedang berkembang penderitaan ekonomi paling akut dirasakan dan ingin segera dipenuhi,karena itu,belajar memperbaiki skill ekonomi atau mata pencaharian akan sangat menarik bagi warga belajar..Dengan mengajarkan skill mata pencaharian akan dapat membuat belajar baca tulis yang tidak menyenagkan menjadi sangat menyenangkan.Teaching of economic skills could thus gild the literacy pill atau belajar ketrampilan ekonomi akan dapat mengasah kecakapan baca tulis yang tumpul.
.
Konsep Keaksaraan fungsional
Untuk memahami konsep keaksaraan fungsional kita perlu kembali melihat ketika ia dilahirkan yaitu pada tgl.8 –18 September 1965 dalam suatu konferensi mentri pendidikan sedunia tentang pemberantasan buta aksara(eradication of illiteracy) di Tehran,Iran. Selanjutnya Unesco(1966) meringkas dan memperjelas konsep tersebut dengan elemen-elemensebagai berikut.
:
1. Program keaksaraan hendaknya tergabung kedalam dan terhubung dengan perencanaan ekonomi dan sosial.
2. Pemberantasan buta aksara hendaknya dimulai dari penduduk yang yang memiliki motivasi tinggi dan yang bermanfaat bagi pengembangan daerahnya.
3. Program keaksaraan hendaknya dikaitkan dengan prioritas ekonomi dan dilaksanakan didaerah yang menjadi prioritas pengembangan ekonomi.
4. Program keaksaraan seharusnya tidak hanya mengajar membaca dan menulis tetapi juga pengetahuan professional dan teknis sehingga menimbulkan partisipasi pebelajar orang dewasa secra penuh dalam kehidupan ekonomi dan civic atau kewarganegaraan.
5. Program keaksaraan harus merupakan bagian integral dari perencanaan pendidikan menyeluruh dan system pendidikan yang berlaku.
6. Kebutuhan pendanaan keaaksaraan fungsional hendaknya berasal dari berbagai sumber pemerintah dan suasta,maupun berasal dari investasi ekonomi.
7. Program keaksaraan hendaknya membantu mencapai tujuan ekonomi seperti:meninkatkan produktivitas tenaga kerja,produksi bahan makanan,industrialisasi,mobilitassosial dan professional,kritriatenaga kerjabaru,dan beragamnya aktifitas ekonomi.
Ciri ciri tersebut mempunyai implikasi penting terhadap:
. Pengorganissasian program keaksaraan.
. Perencanaan menyeluruh yaitu bahwa perencanaan keaksaraan fungsional disatu sisi harus terpadu dengan perencanaan pendidikan dan dilain pihak dengan pengembangan sosial ekonomi. Pengembangan program terutama dalam melakukan pilihan seperti ketika memilih wilayah kerja , ketika memilih prioritas sector ekonomi dan prisip seleksi juga diberlakukan kepada seleksi warga belajar untuk memastikan homogenitas kelompok belajar dalam arti keadaan ekonomi dan pekerjaan yaqng mereka inginkan.
. Metodologi mengajar, disini timbul pertanyaan tentang keterpaduan karena keaksaraan harus diajarkan bersamaan dengan pengetahuan professional dan teknikal.
. Isi program (program content) yaitu ketika factor ekonomi harus ditekankan pada pengembangan sosial dan partisipasi sosial tidak boleh dipisahkan..Bentuk program yang komprehensif tercakup juga anjuran upaya pemerintah dan swasta yang terkoordinasikan.
Merencanakan pryek keaksaraan fungsional.
Persyaratan pokok disini terdiri atas perencanaan proyek keaksaraan fungsional dsatu pihak sebagai bagian dari upaya pendidikan dan dilain pihak sebagai bagian dari perencanaan ekonomi suatu daerah.Harus dipahami bahwa keaksaraan fungsional bukan sekedar proyek keaksaraan atau yang biasa disebut sebagai proyek keaksaraan yang berorientasi pada pekerjaan,tetapi pada hakekatnya proyek perubahan sosial ekonomi. Jadi perubahan ekonomi berfungsi ganda yaitu sebagai alat dan sebagai tujuan.Konsep fungsional juga menghendaki bahwa sektor ekonomi yang dipilih untuk pekerjaan hendaknya merupakan sektor prioritas ,agar terjadi perubahan yang cepat. Ada pula implikasi bahwa metode produksi dan distribusi dalm pemilihan sector ekonomi ada dalam proses modernisasi sehingga keaksaraan mempunyai fungsi memperbaharui system ekonomi modern.Apabila program keaksaraan fungsional tidak berjalan di sektor ekonomi ,akan tidak ada gunanya atau sesuatu yang sia-sia.
Kesalahan dilakukan oleh para pekerja keaksaraan fungsional seringkaali terjadi pada saat perencanaan.yakni memadukan dengan program prioritas sector ekonomi.Ini merupakan prasarat daripada konsep ini yang tidak boleh dilanggar, sementara proyek ini diharapkan merupakan ujian bagi konsep keaksaraan fungsional.Di India sebagai contoh ada suatu proyek keaksaraan fungsional telah memilih suatu daerah yang memenuhi persyaratan dan merupakan prioritas investasi .Proyek tersebut bekerjasama dengan petani gandum di daerah tersebut yang terpadu dengan rencana pemerintah dan prioritas ekonomi pemerintah dan sesuai dengan program penghijauan India.Menurut ceritanya proyek ini berhasil.
Apabila kurang perhatian terhadap seleksi prioritas akan membuat program keaksaraan kehilangan focus dan efektifitasnya.. Seringkali suatu perecanaan terlalu membatasi pada unit geografis atau administratif tanpa melakukan analisis system secara cermat di wilayah itu dalam artian kesaling tergantungan ekonomi masyarakat ,keadaan lingkungan fisik,dan jaringan komunikasi sosial ,fasilitas koperasi dll.
Masalah administrasi dan organisasi.
Ada dua aspek yang harus diperhatikan oleh keaksaraan fungsional yaitu ekonomi dan pendidikan.sehingga dalam perencanaan dan pengambilan keputusannya juga harus tergambarkan administrasi ekonomi dan pendidikan.Beberapa masalah yang ada didalamnya antara lain para pendidik dan petugas pertanian belum pernah belajar bagaimana mereka bekerjasama dalam suatu program karena yang paling sering dilakukan adalah penedekatan sektoral dan yang namanya kordinasi hanya slogan saja.
Demikian juga tentang bagaimana pengambilan keputusan dibuat bersama-sama.Siapa yang akan memimpin dan kapan.akan dimulaiTidak jarang kalau suatu proyek dipimpin oleh suatu departemen maka depertemen yang lain mengambil jarak karena benderanya berbeda,sedangkan bendera adalah simbul yang kalau berhasil akan menunjukkan kehebatan kinerja pemilik bendera tersebut.Akibat daripada kordinasi yang lemah ini banyak program-program kemasyarakatan menjadi tidak efektif dan tidak efisien.
Masalah organisasi lainnya adalah masalah hubungan antara staf proyek dan staf lapangan.Pekerja dilapangan seringkali menganggap pekrjaan proyek sebagai kerja tambahan yang kadang-kdang dianggap merepotkan mereka terlebih lagi apabila imnsentif yang diterima tidak memadai.
Masalah komitmen
Penyenggaraan keaksaraan fungsional memerlukan sumber daya personel yang memadai.dan perlu diingatkan lagi tentang keterlibatan professional dan pekerja teknis.Karena itu memerlukan banyak komitmen berbagai pihak.,seperti antara lain, tenaga professional,media pembelajaran yang beragam,lokakarya,sarana prasaarana,guru dan pengawas.Semua pihak tersebut memerlukan perubahan dalam pemikiran dan sikap yang kondusif dimana keaaksaraan fungsional tidak dapat bertahan lama dalam kondisi lingkungan psikologis yang yang rapuh. Penyiapkan personel adalah sesuatu yang penting dalam keaaksaraan fungsional.Pada program keaksaraan konvensional dengan mudah kita datang ke dinas pendidikan dan kita mudah memndapatkan tenaga pengajar.,atau ke dinas sosial untuk memperoleh bantuan pekerja sosial sebagai guru. Pada keaksaraan fungsional kita memerlukan bantuan ahli sosiologi,system analist,ahli ekonomi,insinyur pertanian atau industri,ahli kurikulum,pelatih,pekerja lapangan, peneliti,ahli mediapembelajaran.
Salah satu kesulitan adalah merekrut tenaga lapangan yang akan mengajar dan yang akan mengawasi pelaksanaan.Dalam hal setting industri kita meminta bantuan para mandor dan pengawas yang memerlukan latihan sebelum beroperasi.
Pada masyarakat tani akan lebih sulit lagi karena mereka tidak ada ikatan kerja sebagaimana seorang mandor di perusahaan.Tingkat kesukarelaan mereka lebih tinggi dibandingkan dengan di setting industri. Biasanya dibentuk tim yang masih harus dilatih agar kerjasama terjadi dengan baik dan progam berjalan dengan laqncar dan berkelanjutan.Ksemuanya ini memerlukan komitmen yang tinggi agar program terlaksana dengan baik.